|

Loading...

Selamat Datang di MediaPendamping.Com ➤ Tajam - Terpercaya - Berimbang ➤ Semua Wartawan MediaPendamping.Com Dilengkapi Dengan ID Card Wartawan dan Nama Wartawan Tersebut Ada di Box Redaksi.

Biarawati Berlutut Memohon Aparat Hentikan Tindak Kekerasan Terhadap Demonstran

 

Biarawati Berlutut Memohon Aparat Hentikan Tindak Kekerasan Terhadap Demonstran
Ket Foto : Biarawati Berlutut Memohon Aparat Hentikan Tindak Kekerasan Terhadap Demonstran

MEDIAPENDAMPING.COM | Myanmar - Seorang biarawati berlutut di hadapan aparat kepolisian yang sedang mengawal aksi demonstrasi di kota Myitkyina, Myanmar pada Senin (8/3).


Tampak Suster Ann Rose Nu Tang berlutut untuk memohon agar polisi berhenti menembak dan melakukan aksi kekerasan terhadap para pengunjuk rasa penentang kudeta militer.


Dalam video yang beredar di media sosial, suster Ann yang mengenakan jubah putih tampak berlutut kemudian berbicara dengan dua polisi yang mengikutinya berlutut.


Baca Juga  : 

>>>  Polsek Medan Area Amankan Aksi Tawuran 'Anak Pecahan Botol' di Tangguk Bongkar Mandala

>>>  Satres Narkoba Polrestabes Medan Amankan Pemilik 750 Gram Sabu di Desa Marindal Patumbak

>>>  Kapolsek Percut Sei Tuan Beserta Pers Kunjungan ke Koramil Medan Denai Jalin Kekompakan dan Kerjasama


loading...

“Saya mohon, saya tidak ingin melihat masalah apa pun di sini dan tidak bisa pergi jika polisi tidak pergi. Saya memohon agar mereka tidak menembak anak-anak,” kata Suster Ann seperti mengutip Reuters.


Setelah menyampaikan permintaannya itu, Suster Ann dan seorang polisi kemudian bersujud dengan menyentuhkan dahi mereka ke tanah. Ia kemudian turut ambil bagian dalam aksi protes menuntut perdamaian dan meminta junta militer mengakhiri kekerasan.


Hanya saja, permintaan Suster Ann tidak digubris oleh aparat keamanan. Polisi tetap melepas tembakan hingga menewaskan dua orang pedemo di kota Mytkyina.


Saksi mata mengatakan dua orang tewas setelah terkena tembakan di kepala, sementara tiga orang lainnya mengalami luka-luka.


Kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik melaporkan sejauh ini lebih dari 60 orang pedemo tewas dan 1.800 orang ditahan sejak terjadi kudeta militer pada 1 Februari lalu.


Sementara itu tindakan brutal aparat keamanan di Yangon berlanjut pada Senin malam ketika mulai menggeledah lingkungan perumahan dan apartemen mencari pedemo anti-kudeta yang bersembunyi.


Selama razia, aparat keamanan dikabarkan menargetkan rumah dan apartemen yang mengibarkan bendera partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi.


Dilansir AFP, penggeledahan berawal ketika massa pro-demokrasi kembali berdemo di pusat komersial San Chaung pada Senin pagi yang bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional. Razia di San Chaung ini terjadi setelah tiga pengunjuk rasa ditembak mati aparat.


Tindakan polisi dan tentara semakin brutal dalam merespons unjuk rasa anti-kudeta yang semakin meluas di Myanmar. Kota Yangon dinilai menjadi pusat pemberontakan sipil terhadap junta militer sejauh ini.


Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan pada Senin malam pasukan keamanan menutup blok jalanan San Chaung dan mengepung sekitar 200 pengunjuk rasa.


Hingga saat ini militer membantah bertanggung jawab atas kematian puluhan pedemo dan membela kudeta dengan berdalih bahwa pengambil alihan kekuasaan pemerintah dilakukan sebagai akibat kecurangan pemilu.


Sumber : CNNINDONESIA

 
Komentar

Berita Terkini