Ket Foto : Tim SAR gabungan saat mengangkat salah satu bagian pesawat Sriwijaya Air dengan alat crane dari KRI Rigel 933 |
MEDIAPENDAMPING.COM - KRI Rigel berhasil menangkap sinyal diduga kuat kotak hitam pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta. Tim SAR gabungan berencana mengangkat kotak hitam atau black box yang terdeteksi berada di kedalaman 23 meter di bawah permukaan laut.
Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menurunkan tiga alat pencari untuk menemukan kotak hitam tersebut, alat itu kini berada di KRI Rigel 933.
BACA JUGA : Penyelam TNI Angkatan Laut Akhir nya Temukan Turbin Pesawat Sriwijaya Air SJ-182
Selain pinger finder, KRI Rigel ini memang memiliki peralatan yang memadai untuk memantau aktivitas bawah laut. KRI Rigel sebelumnya pernah terlibat dalam pencarian pesawat Lion Air JT-610 di perairan Ujung Karawang dan membantu dampak gempa pasca tsunami di Perairan Selat Sunda.
KRI Rigel merupakan milik pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal). Dilansir dari Barisan.co, kapal perang ini dibuat di galangan OCEA, Les Sables-d’Olonne, Perancis. Nama Rigel diambil dari nama rasi bintang yang paling terang dari Rasi Orion. Kapal perang ini disebut-sebut sebagai kapal perang tercanggih di Asia.
Karena, kapal perang ini terbuat dari aluminium dengan bobot 560 ton dengan dimensi panjang 60,1 meter dan lebar 11,5 meter. Kapal Rigel ini ‘dipersenjatai’ persenjataan mitraliur kaliber 20 mm dan kaliber 12,7 mm.
Dari data yang diperoleh IDR, KRI Rigel-933 merupakan kapal jenis Multi Purpose Research Vessel (MPRV) dengan peralatan survei canggih. Bahkan, Rigel diklaim sebagai kapal survei hidro oseanografi tercanggih di Asia yang fungsinya mengumpulkan data di laut dalam.
Kelebihan lainnya dari KRI Rigel-933 adalah memiliki robot dalam air yang bisa mengambil sampel, serta memiliki kamera yang bekerja otomatis. Tak salah memang karena kapal ini memiliki peralatan modern buatan pabrik OCEA, Prancis.
Selain itu, Rigel-933 dilengkapi dengan peralatan AUV (Autonomous Underwater Vehicle) yang berfungsi melaksanakan pencitraan bawah laut sampai dengan kedalaman 1.000 meter dan mengirimkan kembali data secara periodik ke kapal utama dalam hal ini BHO.
Soejanto berharap, tidak perlu waktu lama untuk menemukan dua buah black box milik pesawat Sriwijaya Air SJ182.
“Mudah-mudahan tidak terlalu lama kita bisa dapatkan kedua black box tersebut,” katanya.
Selain Black box, KNKT juga mencari puing-puing pesawat Sriwijaya Air SJ182. “Kita juga marking part-part ini ditemukan di mana untuk evaluasi bagaimana penyebaran serpihan-serpihan tersebut,” kata Soejanto. (Dedi Eko)