|

Loading...

Selamat Datang di MediaPendamping.Com ➤ Tajam - Terpercaya - Berimbang ➤ Semua Wartawan MediaPendamping.Com Dilengkapi Dengan ID Card Wartawan dan Nama Wartawan Tersebut Ada di Box Redaksi.

Si Perombak Busana Hijab Angkat Besi, Kulsoom Abdullah Ajukan Ini ke IWF

 

Si Perombak Busana Hijab Angkat Besi, Kulsoom Abdullah Ajukan Ini ke IWF
Ket Foto : Kulsoom Abdullah Merupakan Atlet Angkat Besi Wanita Berdarah Pakistan Amerika Serikat.
MEDIAPENDAMPING.COM | Jakarta - Sejak pertama kali dipertandingkan pada 1891, angkat besi jadi olahraga yang didominasi kaum pria. Butuh hampir 100 tahun agar wanita bisa ikut bersaing dalam olahraga tersebut.


Setelah melalui perjalanan panjang, angkat besi kategori wanita akhirnya melakoni debut di Olimpiade pada Olimpiade Sydney tahun 2000. Setelah momen Olimpiade Sydney itu angkat besi meluas ke banyak negara di dunia.


Meski demikian, di beberapa negara, kaum wanita masih kurang terwakili dalam dunia olahraga, terutama di kalangan komunitas Asia dan Muslim. Aturan berpakaian seorang atlet pun kemudian berdasarkan pakem-pakem yang sudah ada sebelumnya. Belum ada aturan khusus soal penggunaan hijab bagi atlet angkat besi.


Baca Juga  : 

••  Menang KO, Rose Namajunas Tumbangkan Zhang Weili

••  Turnamen Malaysia Open 2021, Turunkan Para Pemain Top Dunia

••  Pagar Betis Takut Bola, Cristiano Ronaldo Jadi Sorotan


Pada masa-masa itulah Kulsoom Abdullah hadir. Kulsoom Abdullah merupakan atlet angkat besi wanita berdarah Pakistan Amerika Serikat. Kedua orang tuanya berasal dari Pakistan, namun dia lahir di Amerika Serikat.


Lewat keberaniannya, Kulsoom Abdullah bisa mengubah aturan di dunia angkat besi yang awalnya melarang penggunaan jilbab kini jadi diperbolehkan.


Dikutip dari Buzz, saat menggeluti angkat besi, di turnamen tingkat lokal Kulsoom tidak memiliki persoalan dengan pakaiannya yang mengenakan lengan panjang, celana panjang, dan kerudung.


Akan tetapi, ketika pencapaiannya meningkat hingga Kejuaraan Nasional di Amerika Serikat, pakaian yang dikenakannya itu mulai dianggap masalah.


Dalam laporan VOA, pada 2010 Kulsoom bisa tampil di Kejuaraan Nasional Angkat Besi Amerika Serikat. Namun dia memilih tidak tampil karena pakaian yang selama ini membuatnya tertutup dari ujung kepala hingga kaki tidak diizinkan panitia pelaksana.


"Di kejuaraan nasional semua orang memakai apa yang disebut singlet. Ini adalah setelan ketat dan harus dipotong di atas lutut dan siku," ujar Kulsoom dikutip dari Buzz.


"Singlet jelas tidak memiliki kerudung dan lengan yang [biasa] saya pakai. Mereka [Angkat Besi AS] mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya ada orang yang meminta untuk diakomodasi untuk bisa tampil di tingkat nasional," ucap Kulsoom menambahkan.


Penyelenggara hanya memperkenankan peserta menggunakan baju singlet ketat dengan lengan pendek dan celana pendek yang membuat sebagian besar lengan dan kaki terbuka, sehingga juri bisa melihat apakah lengan dan lutut terkunci ketika melakukan angkatan.


Hal itu menjadi syarat penilaian dalam kompetisi angkat besi. Salah satu tujuannya adalah, agar wasit bisa melihat peserta tidak menekuk siku, berdiri dengan tegak, dan juga memastikan tidak ada peralatan lain yang dipakai sehingga meningkatkan performa seorang lifter secara tidak adil.


Dari situasi tersebut, awal cerita Kulsoom Abdullah memperjuangkan hijab agar bisa digunakan di kejuaraan resmi angkat besi dimulai.


Wanita kelahiran Kansas City itu lalu meminta Federasi Angkat Besi Amerika Serikat mengubah aturan pakaian yang memungkinkannya penggunaan hijab di kejuaraan angkat besi.


Hanya saja angkat besi AS menolak permintaan tersebut, dan menyarankan Kulsoom membawa masalah ini ke Federasi Angkat Besi Internasional (IWF).


Penolakan Federasi Angkat Besi AS membuat Kulsoom mendapatkan perhatian dari media nasional dan internasional.


Lewat media sosial, teman-teman Kulsoom bergerak mengampanyekan masalah kesetaraan itu. Berkat bantuan dari Dewan Hubungan Islam Amerika Serikat, Kulsoom menggelar konferensi pers.


Kampanye Kulsoom itu akhirnya membuat IWF meninjau permintaannya. Kepada IWF, Kulsoom berargumen, bahwa pakaian yang tertutup dari kepala hingga kaki tidak akan memengaruhi keputusan wasit dalam memberikan penilaian.


Meski demikian, dalam pandangan Kulsoom, kasusnya ramai bukan karena kemampuannya dalam angkat besi, melainkan cara berpakaiannya yang sebagai Muslim berhijab.


"Pada awalnya yang membuat saya mendapat sorotan adalah karena pakaian saya, bukan keahlian saya. Melihat seorang wanita bertutup kepala hingga ujung kaki berpartisipasi dalam olahraga seperti angkat besi dianggap agak tidak biasa oleh media," ucap Kulsoom kepada VOA.


Usaha Kulsoom membuahkan hasil. Federasi Angkat Besi AS dan IWF mengubah aturan mereka, sehingga memungkinkan Kulsoom dan atlet wanita lain berkompetisi dengan berhijab.


Pada Kejuaraan Dunia Angkat Besi 2011 di Paris Prancis, Kulsoom yang mewakili Pakistan menjadi lifter wanita pertama di level internasional yang menggunakan hijab.


"Dalam kasus saya, dan bukan hanya untuk saya, kendalanya adalah bisa bersaing sambil mematuhi kode berpakaian agama saya, yang ada di sini di AS," ucap Kulsoom.


"Pakaian juga bisa menjadi kendala tambahan bagi wanita di negara mayoritas Muslim, seperti Arab Saudi, Qatar dan Oman [yang pertama kali mengirim atlet wanita ke Olimpiade 2012]," kata Kulsoom menambahkan.


Karier Kulsoom diangkat besi berlanjut pada 2012 dengan mengikuti Kejuaraan Angkat Besi Asia di Korea Selatan.


Kulsoom kemudian absen pada kejuaraan di internasional selama periode 2013, namun tetap aktif di kompetisi lokal.


Saat ini Kulsoom masih bekerja sebagai duta atlet di Shirzanan, kelompok advokasi olahraga dan wanita Muslim. (Jos)

 
Komentar

Berita Terkini